Tuhan, Teknik, dan Tanah Air

Sebuah esai milik adik saya yang dipublikasikan untuk tugas ospeknya (PPSMB).

Sebagai mahasiswa baru fakultas teknik universitas gadjah mada, mengerti dan memahami seluk beluk tentang ketiga topic di atas adalah suatu hal yang wajib. Perlu diingat, universitas dan fakultas tempat kami akan belajar telah mencetak lulusan-lulusan yang tersebar di seluruh penjuru nusantara. Agar dapat menjelaskan secara detail dan terperinci tentang ketiga topic di atas beserta korelasinya, esai ini saya bagi ke dalam beberapa paragraph.

Bagi bangsa Indonesia, sebuah bangsa yang terkenal religious, kata Tuhan memang sudah tidak asing di telinga. Jika kita menengok definisi dari kata tersebut, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dirilis oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, kata Tuhan tergolong ke dalam jenis kata benda yang memiliki arti sesuatu yg diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sbg yg Mahakuasa, Mahaperkasa. Beranjak dari definisi tersebut, kata Tuhan memang sangat identic dengan kata agama, karena dalam agama selalu mengajarkan, sebagai manusia, hamba dari Tuhan, kita harus mengingat keberadaan Tuhan dan menyembahnya.

Lebih jauh tentang agama, jika dijabarkan secara sederhana, ada beberapa konsep tentang ketuhanan yang umum dalam teologi keagamaan. Konsep ketuhanan yang cukup umum adalah teis dan ateis, di mana teis berarti percaya akan adanya Tuhan dan ateis berarti tidak percaya akan adanya Tuhan serta tidak mempraktekkan ritual keagamaan tertentu. Indonesia, yang sampai saatini secara de jure hanya mengakui lima agama, otomatis tidak mengakui ateisme dalam kehukumannya. Sedangkan teis, dapat dibagi kedalam agnostic, monoteisme, dan politeisme. Agnostik berarti percaya dan mengerti akan eksistensi Tuhan sebagai yang memiliki kekuatan tak terbatas dan maha kuasa, tetapi kaum agnostic tidak melakukan dan mempercayai agama tertentu. Secara harfiah, politeisme ketuhanan yang terdiri dari beberapa Tuhan, sedangkan monoteisme berarti ketuhanan yang terdiri dari hanya satu Tuhan.

Agama selalu terkait dengan konsep politeisme dan monoteisme. Salah satu agama yang menyokong konsep monoteisme adalah agama samawi, atau agama abrahamik. Agama-agama yang merupakan agama dari mayoritas penduduk dunia ini jika dirunut akan berakar pada Nabi Ibrahim AS. Seperti yang orang banyak sudah ketahui, agama ini meliputi Yahudi, Kristen, dan Islam. Sedangkan agama-agama yang mendukung konsep politeisme adalah agama-agama yang sudah ada bahkan sebelum agama samawi turun, seperti kepercayaan Yunani, Mesir, dan Babilonia Kuno, dan agama Hindu.

Lanjut pembahasan untuk topic ke dua, Teknik. Sesungguhnya kata teknik berasal dari kata yunani Teknos yang memiliki arti teknik atau alat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata teknik berarti pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yg berkenaan dng hasil industry. Namun secara sederhana, jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, kata teknik berarti rekayasa, yang secara harfiah menurut KBBI diartikan sebagai penerapan kaidah-kaidah ilmu dl pelaksanaan (spt perancangan, pembuatan konstruksi, serta pengoperasian kerangka, peralatan, dan sistem yg ekonomis dan efisien).

Sedangkan para pelaku perteknikan di Indonesia lazimnya disebut sebagai insinyur, dengan titel “Ir.” di depan nama orang tersebut. Namun sejatinya, sejak pemberlakuan tentang gelar kesarjanaan baru pada tahun 1993, gelar “Ir.” sudah tidak digunakan lagi dan sebagai gantinya, digunakanlah gelar Sarjana Teknik atau disingkat S.T.

Dalam prakteknya di dunia industry Indonesia, para insinyur memiliki wadah tempat mereka bernaung, yaitu Persatuan Insinyur Indonesia. Persatuan Insinyur Indonesia atau PII adalah nama sebuah asosiasi yang menghimpun para insinyur atau lulusan Fakultas Teknik dan Fakultas Teknik Pertanian di seluruh Indonesia. Anggotanya adalah insinyur warga negara Indonesia dan bisa mencakup lulusan universitas dalam dan luar negeri. Selain itu, banyak organisasi lain yang juga menjadi wadah namun hanya spesifik pada bidang tertentu. Sebagai contoh, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) yang mewadahi para arsitek di Indonesia, Institute of Electronic and Electrical Engineers (IEEE) yang mewadahi para insinyur kelistrikan di dunia.

Beranjak dari kata teknik, topic lain yang sedang hangat dibicarakan saat ini adalah tanah air. Negara Kesatuan Republik Indonesia yang barusaja memperingati hari jadi ke 69 merupakan tanah air bagi dua ratusan juta manusia di penjuru dunia. Bila ditengok dari arti katanya, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tanah air berarti negeri tempat kelahiran. Hal ini berarti juga, bahwa siapapun manusia yang lahir di Indonesia, berhak untuk memiliki kewarganegaraan Indonesia.

Jika ditengok lebih jauh, sebenarnya kata tanah air memiliki lawan katanya tersendiri, yaitu diaspora. Menurut KBBI, diaspora berarti masa tercerai-berainya suatu bangsa yg tersebar di berbagai penjuru dunia dan bangsa tsb tidak memiliki negara, msl bangsa Yahudi sebelum negara Israel berdiri pd tahun 1948. Sebagai contoh diaspora, sebenarnya ada beberapa warga Indonesia yang mengalami diaspora, mayoritas dari mereka, menurut data dari Wikipedia, tinggal di Negara Malaysia, Arab Saudi, dan Belanda.

Ketiga topic di atas yang sudah dijelaskan satu persatu benar-benar memiliku hubungan yang dapat dikaitkan. Sebagai mahasiswa baru yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertanah air Indonesia, tentu saja harus menjunjung tinggi falsafah hidup dan ideologi NKRI yang dilambangkan dengan pancasila. Di dalam pancasila pun, terdapat sila ketuhanan yang merupakan sila pertama. Hal ini harus ditanggapi tidak hanya dengan memahami secara substantive dari masing-masing sila yang ada, namun juga turut serta mengamalkan nilai-nilai yang ada.

Selanjutnya, nantinya sebagai alumnus Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, dalam peran sertanya di pembangunan Indonesia, harus tetap menjunjung tinggi etika-etika keteknikan dan nilai-nilai ketuhanan. Segala bentuk yang menyalahi aturan-aturan di atas harus ditindak dengan peraturan tegas yang berlaku. Karena pada hakikatnya, jika masing-masing insinyur menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut, kemajuan Indonesia bukanlah sebuah kenistaan.

Sebagai penutup, saya mahasiswa baru Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada mengaku perlu untuk mempercayai, memahami, dan melaksanakan ketiga poin di atas selama melakukan aktivitas professional kami. Dan saya harapkan di dalam agenda-agenda yang disusun dalam PPSMB Prisma ini, saya dapat belajar untuk mempercayai, memahami, dan melaksanakan ketiga poin di atas agar dapat membentuk karakter yang tepat untuk kemajuan bangsa Indonesia.

09. September 2014 by gdputra
Categories: Artikel | Comments Off on Tuhan, Teknik, dan Tanah Air